Jumat, 29 Maret 2013

Keasaman asam karboksilat



• Ditentukan oleh mudahnya gugus karboksil melepaskan ion hidrogen.
• Bersifat asam lemah.
• Masih jauh lebih asam dari senyawa-senyawa organik lainnya.



• Kekuatan asam karboksilat sangat dipengaruhi oleh substituen yang terikat pada gugus alkil asam    karboksilat.
• Substituen yang dapat menstabilkan ion karboksilat akan meningkatkan keasaman asam karboksilat.
• Substituen yang menurunkan kestabilan ion karboksilat akan menurunkan keasaman asam karboksilat.

Daftar gugus dalam urutan daya menarik elektronnya :




• Asam kloroasetat >>> dari asam asetat, sebab asam kloro asetat memiliki satu gugus penari kelektron   yaitu klor.
• Klor (Cl) akan menarik elektron melalui efek induksi sehingga mengurangi kerapatan elektron dari karbon α, akibatnya muatan negatif gugus karboksilat sebagian tersebar olehmuatan δ+ didekatnya.
• Pengaruh efek induksi makin berkurang dengan makin banyaknya atom yang berada diantara gugus karboksil dan gugus penarik elektron.

***



Pertanyaan:
1. Substituen yang bagaimanakah yang mempengaruhi tingkat keasaman dari asam karboksilat? bagaimanakah substituen tersebut dapat menstabilkan ion karboksilat?
2. Mengapa didalam daftar gugus yang ada pada artikel Cl memiliki daya tarik elektron yang paling besar? apa pengaruhnya terhadap keasaman dari asam karboksilat?



Senin, 18 Maret 2013

Amida



Amida merupakan salah satu turunan asam karboksilat. Turunan-turunan asam karboksilat memiliki stabillitas dan reaktifitas yang berbeda tergantung pada gugus terbalik, yang berarti bahwa senyawa yang lebih stabil umumnya kurang reaktif dan sebaliknya. Karena asil halida adalah kelompok paling tidak stabil, masuk akal bahwa senyawa ini dapat secara kimia diubah kejenis lain.
Karena amida adalah jenis yang paling stabil, secara logis harus mengikuti bahwa amida tidak dapat dengan mudah berubah menjadi jenis molekul lain.

Amida adalah suatu jenis senyawa kimia yang dapat memiliki dua pengertian. Jenis pengertian pertama adalah gugus fungsional organik yang memiliki gugus karbonil ( C=O ) yang berikatan dengan suatu atom nitrogen ( N ), atau suatu senyawa yang mengandung gugus fungsional ini. Jenis pengertian kedua adalah suatu bentuk anion nitrogen. Amida dengan kelompok NH2 bisa didehidrasi dengan sebuah nitril.

·     Sifat Amida

Amida adalah senyawa yang sangat tidak reaktif, karena protein terdiri dari asam amino yang dihubungkan oleh ikatan amida. Amida tidak bereaksi dengan ion halida, ion karboksilat, alkohol, atau air karena dalam setiap kasus, nukleofil yang masuk adalah basa lemah dari gugus pergi amida.
Amida dapat bereaksi dengan air dan alkohol jika campuran reaksi dipanaskan dalam suasana asam.
Sifat-sifat Fisik Amida
  • Polar
  • Mudah larut di dalam air karena dengan adanya gugus C=O dan N-H memungkinkan terbentuknya ikatan hidrogen.
  • Umumnya berupa padat pada suhu kamar kecuali : formamida berbentuk
  • Amida tidak dapat menghantarkan listrik
  • Amida memiliki titik didih tinggi,dan ketika cair adalah pelarut yang baik
Pembuatan Amida :
Amida umumnya disintesis di laboratorium melalui beberapa cara :
    1.      Reaksi anhidrida dengan ammonia
    2.      Reaksi ester dengan ammonia
3.      Reaksi klorida asam dengan ammonia
    4.      Pemanasan garam ammonium karboksilat

Hidrolisis amida :
Amida sangat kuat/tahan terhadap hidrolisis. Tetapi dengan adanya asam atau basa pekat, hidrolisis dapat terjadi menghasilkan asam karboksilat.
***
PERTANYAAN:
1.  Di dalam artikel di katakana bahwa, Amida dapat bereaksi dengan air dan alkohol jika campuran reaksi dipanaskan dalam suasana asam. Bagaimana jika campuran itu di panaskan dalam suasana basa? Dan mengapa pula harus di panaskan? Apa yang terjadi jika campuran itu tidak dipanaskan, baik itu dalam suasana asam maupun basa? Tolong jelaskan…
    2. Mengapa amida tidak dapat menhantarkan listrik? Tolong jelaskan…

Minggu, 10 Maret 2013

Pembuatan Ester

Pembuatan ester menggunakan asam karboksilat


Sifat kimiawi reaksi
Ester dihasilkan apabila asam karboksilat dipanaskan bersama alkohol dengan bantuan katalis asam. Katalis ini biasanya asam sulfat pekat. Gas hidrogen klorida kering terkadang digunakan, tetapi penggunaannya cenderung melibatkan ester-ester aromatik (ester dimana asam karboksilat mengandung sebuah cincin benzen).
Reaksi pengesteran (esterifikasi) berjalan lambat dan dapat balik (reversibel). Persamaan untuk reaksi antara asam RCOOH dengan alkohol R’OH (dimana R dan R’ bisa sama atau berbda) adalah sebagai berikut:
Jadi, misalnya, jika anda membuat etil etanoat dari asam etanoat dan etanol, maka persamaan reaksinya akan menjadi:
Melangsungkan reaksi
Dalam skala tabung uji
Asam karboksilat dan alkohol sering dipanaskan bersama disertai dengan beberapa tetes asam sulfat pekat untuk mengamati bau ester yang terbentuk.
Untuk melangsungkan reaksi dalam skala tabung uji, semua zat (asam karboksilat, alkohol dan asam sulfat pekat) yang dalam jumlah kecil dipanaskan di sebuah tabung uji yang berada di atas sebuah penangas air panas selama beberapa menit.
Karena reaksi berlangsung lambat dan dapat balik (reversibel), ester yang terbentuk tidak banyak. Bau khas ester seringkali tertutupi atau terganggu oleh bau asam karboksilat. Sebuah cara sederhana untuk mendeteksi bau ester adalah dengan menaburkan campuran reaksi ke dalam sejumlah air di sebuah gelas kimia kecil.
Terkecuali ester-ester yang sangat kecil, semua ester cukup tidak larut dalam air dan cenderung membentuk sebuah lapisan tipis pada permukaan. Asam dan alkohol yang berlebih akan larut dan terpisah di bawah lapisan ester.
Ester-ester kecil seperti pelarut-pelarut organik sederhana memiliki bau yang mirip dengan pelarut-pelarut organik (etil etanoat merupakan sebuah pelarut yang umum misalnya pada lem).
Semakin besar ester, maka aromanya cenderung lebih ke arah perasa buah buatan – misalnya “buah pir”.
Dalam skala yang lebih besar
Jika anda ingin membuat sampel sebuah ester yang cukup besar, maka metode yang digunakan tergantung pada (sampai tingkatan tertentu) besarnya ester. Ester-ester kecil terbentuk lebih cepat dibanding ester yang lebih besar.
Untuk membuat sebuah ester kecil seperti etil etanoat, anda bisa memanaskan secara perlahan sebuah campuran antara asam metanoat dan etanol dengan bantuan katalis asam sulfat pekat, dan memisahkan ester melalui distilasi sesaat setelah terbentuk.
Ini dapat mencegah terjadinya reaksi balik. Pemisahan dengan distilasi ini dapat dilakukan dengan baik karena ester memiliki titik didih yang paling rendah diantara semua zat yang ada. Ester merupakan satu-satunya zat dalam campuran yang tidak membentuk ikatan hidrogen, sehingga memiliki gaya antar-molekul yang paling lemah.
Ester-ester yang lebih besar cenderung terbentuk lebih lambat. Dalam hal ini, mungkin diperlukan untuk memanaskan campuran reaksi di bawah refluks selama beberapa waktu untuk menghasilkan sebuah campuran kesetimbangan. Ester bisa dipisahkan dari asam karboksilat, alkohol, air dan asam sulfat dalam campuran dengan metode distilasi fraksional.

Pertanyaan:
1. Mengapa pada proses esterifikasi masih berlangsung lambat? sedangkan telah di tambahakan katalis asam, yang berfungsi untuk mempercepat laju reaksi? jelaskan!
2. Dan mengapa pada proses esterifikasi tersebut, kita perlu memanaskan semua zat (asam karboksilat, alkohol dan asam sulfat pekat) di sebuah tabung uji yang berada di atas sebuah penangas air panas? apa tujuannya?
3. Mengapa ester yang lebih besar lebih lambat terbentuk di bandingkan dengan ester yang kecil?